Pantjoran Pantai Indah Kapuk
- Lia
- Jun 13, 2022
- 2 min read
Updated: Nov 25, 2022

Setelah mendengar betapa hype-nya tempat ini, akhirnya libur lebaran lalu saya dan seorang teman menyempatkan diri mendatangi tempat ini untuk makan malam. Dalam perjalanan menuju kesana, kami dihadang kemacetan dan kepadatan lalu-lintas dimulai dari Jembatan pulau D yang mengarah ke Kawasan PIK 2. Antusias warga untuk menghabiskan liburan disini cukup mencengangkan. Saya kira pengunjungnya akan berkurang karena hari itu merupakan hari pertama Idul Fitri. Ternyata dugaan saya salah, Pantjoran PIK penuh sesak dengan pengunjung disetiap sudutnya. Lagu mandarin lawas pun dinyanyikan sepasang penyanyi untuk menemeni pengunjung yang datang. Kami berkeliling untuk mencari makanan yang cocok. Berbagai macam makanan non-halal tersedia disana, walaupun terselip juga beberapa makanan halal di antara kios-kios tersebut. Pantjoran PIK berhasil menyuguhkan restaurant terkenal dari berbagai daerah di luar Jakarta. Sayangnya setelah berkeliling kami tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, bahkan beberapa pengunjung makan sambil berdiri. Kios-kios dan restaurant dijelali antrian pembeli. Salah satu restaurant bahkan memiliki waktu tunggu satu setengah jam. Luar biasa….


Berbagai dekorasi, ornament dan patung bernuansa Chinese menghiasi berbagai sudutnya, lengkap dengan jembatan diatas kolam teratai dan gapura bernuansa merah emas. Disediakan juga tempat sembahyang bagi pengunjung yang beragama Budha atau Khonghucu, didepan beberapa patung terdapat dupa (hio), Seng Thi Kong (Tempat Dupa/Hio yang sudah dibakar), dan kotak amal. Bagi pengunjung muslim pun disediakan mushola untuk beribadah. Di ujung Lorong terlihat pagoda dengan patung Dewi Kwan Im yang menjulang persis di depannya. Terlihat indah dan cantik dengan berbagai lampu yang menyorotnya. Pengujung dengan antusias berfoto didepan pagoda dan patung sang Dewi. Kami kurang nyaman dengan penuhnya pengunjung disini, kami pun memutuskan untuk berfoto sebentar lalu mencari makan di ruko-ruko sekeliling. Apa daya, waiting-list-nya tidak kalah panjang dengan restaurant di Pantjoran PIK. Akhirnya, Kami pun mampir di pasar PIK untuk makan lalu pulang dengan sedikit kecewa.
Masih penasaran dengan Kawasan pecinan ini, saya pun kembali mengunjungi Pantjoran PIK. Kali ini saya datang dihari Rabu dengan harapan tempat ini lebih sepi dibandingkan sebelumnya. Rupanya keberuntungan ada di sisi saya. Saya bisa melihat dengan jelas gapura yang menjulang, deretan kursi dan meja bernuansa kayu dengan payung berwarna merah, pohon-pohon willow, beberapa patung lucu berbentuk binatang dalam 12 shio yang menyembul dari rerumputan dan lampion berwarna merah tergantung sepanjang jalan menuju Pagoda. Perjalanan kali ini terasa lebih menyenangkan, wajar saja banyak yang menyukai tempat ini. Selain pilihan makanan yang banyak, tempatnya cukup unik untuk hang-out.
Comments